Uswatun Hasanah (21 Mac 2008)

Lilypie - Personal pictureLilypie Kids Birthday tickers

Peniruan Si Kecil

Alhamdulillah. Sekarang Hasanah dah semakin membesar dan meniru apa-apa sahaja yang didengar dan dilihatnya.
Selalunya, ummi suka cakap kat kakak Hasanah cam ni bila tengok dia berdiri di atas kerusi makan. "Kakak, jatuh. Duduk." Jadi bila dia tengok kucing panjat meja atau almari dia akan kata, "cat, jatuh. Duduk." Siap dengan muka penuh kerisauan. Makan pun tak lupa kongsi dengan kucing.
Selalu ummi yang cakap kat kakak, "kakak, sabar." bila dia dah bising-bising nak susu. Satu hari, dia tumpahkan air dan cakap, "ummi, sabar." Kemudian, dia ambil kain dan lap air sambil cakap "lap, lap."
Kalau dah boring duduk kat rumah, mulalah nak jumpa sedara kat sebelah. Siap tolong carikan tudung ummi dan paksa ummi pakai tudung. "Ummi, tudung... tudung, cepat. Nak abe." Kalau lambat je mesti nangis - nangis dan tarik ummi ke pintu. Kalau mood baik sikit, dia pun nak pakai tudung juga kalau keluar rumah.
Kalau masa ummi dan abi solat, dia pun sibuk solat sekali, mintak sejadah dan dipakaikan tudung. Kadang diajaknya patung beruang untuk solat sama-sama dengan dia. Dah pandai ambil wuduk dan ngaji untuk beberapa huruf seperti aa, ba, ta,tsa, jim, ha, kha, fa, nun dan sebagainya. Dia sangat suka baca(belek-belek) buku, silap hari bulan diconteng dan dikoyaknya buku tu.
Kakak juga suka tolong ummi buat aktiviti mengemas rumah dan boleh diminta tolong apa-apa perkara.
Tu je aksi si kakak Hasanah. Semoga menjadi anak yang solehah hendaknya. Amin.

Pendidikan Melalui Keteladanan

Pernah anda mengalami keadaan di mana anak meniru perbuatan anda? Jika ya, maka itulah yang dinamakan sebagai pendidikan melalui keteladanan.

Pendidikan melalui keteladanan atau peniruan adalah perkara yang amat penting dalam pendidikan anak-anak. Anak-anak akan tercorak seperti apa yang berada di sekeliling mereka. Apa yang mereka dengar, lihat dan rasa akan membentuk diri mereka sama ada menjadi seorang yang berakhlak mulia atau sebaliknya.

Jadi, pertama sekali ... ibubapa perlu menentukan apakah yang bakal terjadi kepada anaknya 20 tahun akan datang. Seorang ulama, guru, doktor, hafiz, penyanyi, pelakon, pelacur dan sebagainya. Kemudian, berikan mereka ransangan seawal mungkin.

Islam menganjurkan pendidikan anak bermula dari pemilihan calon suami dan isteri. Agar anak yang bakal lahir adalah yang dibanggakan oleh Rasulullah saw. Seterusnya, ibubapa terus mengamalkan ajaran Islam dengan sebaiknya dan diajarkan kepada anak - anak sejak dari kandungan hinggalah ke akhir usia mereka.

Tapi sayangnya hari ini ibubapa disibukkan dengan mencari kesenangan di dunia. Anak ditinggalkan bersama pengasuh atau tv yang siap dengan astro yang penuh dengan rancangan yang merosakkan akhlak seorang Islam. Terkadang kita perlu hairan dengan situasi hari ini yang memberi seluas-luasnya peluang kepada keruntuhan moral, cerita picisan, realiti tv, konsert dan cerita hantu, tapi menutup serapat-rapatnya pintu-pintu ke arah kebaikan. Berapa ramai anak muda yang cinta pada rumah-rumah Allah berbanding yang sanggup memenuhi tempat-tempat hiburan walaupun jauh dan mahal harganya?

Bertindaklah sekarang sebelum terlambat. Ubah dirimu agar hidup anakmu pun akan berubah.

Cara Nabi Ibrahim Mendidik Anak


Kawinilah wanita yang kamu cintai lagi subur (banyak melahirkan) karena aku akan bangga dengan banyaknya kamu terhadap umat lainnya. [HR. Al-Hakim]


Begitulah anjuran Rasulullah saw kepada umatnya untuk memiliki anak - anak yang ramai .Sehingga lahirnya anak bukan saja penantian kedua orang tuanya, tetapi suatu hal yang dinanti oleh Rasulullah saw. Dan tentu saja anak yang dinanti adalah anak yang akan menjadi umatnya Muhammad saw. Bererti, ada satu amanah yang dipikul oleh kedua orang tua, iaitu bagaimana menjadikan atau mentarbiyah anak yang titipan Allah itu agar menjadi umat Muhammad saw.

Untuk menjadi umat Muhammad saw. harus memiliki karakteristik yang disebutkan oleh Allah swt.:

Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka. Kamu lihat mereka ruku’ dan sujud mencari karniaan Allah dan keredhaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud. Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat dan sifat-sifat mereka dalam Injil, iaitu seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya Maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi besarlah dia dan tegak lurus di atas pokoknya; tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang mukmin). Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh di antara mereka ampunan dan pahala yang besar. [QS. Al-Fath, 48: 29]

Jadi karakteristik umat Muhammad saw adalah: [1] keras terhadap orang Kafir, keras dalam prinsip, [2] berkasih sayang terhadap sesama umat Muhammad, [3] mendirikan solat, [4] terdapat dampak positif dari aktiviti shalatnya, sehingga orang-orang yang lurus, yang hanif menyukainya dan tentu saja orang-orang yang turut serta mentarbiyahnya.

Untuk mentarbiyah anak yang akan menjadi Umat Muhammad saw, ialah dengan cara kita mengambil pelajaran dari caranya Nabi Ibrahim, yang Allah ceritakan dari isi doanya Nabi Ibrahim dalam surah Ibrahim berikut ini:

Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebahagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman berhampiran rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati, Ya Tuhan kami (yang demikian itu) agar mereka mendirikan solat. Maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan beri rezekilah mereka dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur.

Ya Tuhan kami, sesungguhnya Engkau mengetahui apa yang kami sembunyikan dan apa yang kami lahirkan; dan tidak ada sesuatupun yang tersembunyi bagi Allah, baik yang ada di bumi maupun yang ada di langit.

Segala puji bagi Allah yang telah menganugerahkan kepadaku di hari tua (ku) Ismail dan Ishaq. Sesungguhnya Tuhanku, benar-benar Maha Mendengar (memperkenankan) doa.

Ya Tuhanku, jadikanlah aku dan anak cucuku orang-orang yang tetap mendirikan solat, Ya Tuhan kami, perkenankanlah doaku.

Ya Tuhan kami, beri ampunlah Aku dan kedua ibu bapaku dan sekalian orang-orang mukmin pada hari terjadinya hisab (hari kiamat)”. [Ibrahim: 37-41]

Dari doanya itu kita dapat melihat bagaimana cara Nabi Ibrahim mendidik anak, keluarga dan keturunannya yang hasilnya sudah kita ketahui, kedua anaknya Ismail dan Ishaq menjadi manusia pilihan Allah:

Cara pertama mentarbiyah anak adalah mencari, membentuk biah (persekitaran) yang sholehah. Representasi lingkungan yang solehah bagi Nabi Ibrahim Baitullah [rumah Allah], dan kalau kita adalah masjid [rumah Allah]. Maka, kita tinggal dekat dengan masjid atau anak-anak kita lebih sering ke masjid agar mereka mencintai masjid. Bukankah salah satu golongan yang mendapat naungan Allah di saat tidak ada lagi naungan adalah pemuda yang hatinya cenderung kepada masjid.

Kendala yang mungkin kita akan temukan adalah teladan. Padahal cara belajar yang paling mudah itu adalah dengan meniru. Ayah-ayah sekarang yang bertolak ke tempat kerjanya sebelum Subuh yang mungkin tidak sempat ke masjid dan sampai ke rumah sebelum Isya mengakibatkan anak tidak melihat contoh solat di masjid dari orang tuanya. Selain itu, kendala yang sering kita hadapi adalah mencari masjid yang ramah anak, para pengurus masjid dan jamaahnya terlihat kurang suka melihat anak-anak dan khawatir terganggu kekhusyukannya, dan ini dipengaruhi oleh pengalamannya selama ini bahawa anak-anak sulit untuk tertib di masjid.

Cara kedua adalah mentarbiyah anak agar mendirikan solat. Mendirikan solat ini merupakan karakter umat Muhammad saw sebagaimana yang telah dihuraiakan di atas. Nabi Ibrahim bahkan lebih khusus di ayat yang ke-40 dari surat Ibrahim berdoa agar anak keturunannya tetap mendirikan solat. Solat merupakan salah satu pembeza antara umat Muhammad saw dengan selainnya. Solat merupakan sesuatu yang sangat penting, mengingat Rasulullah saw memberikan arahan tentang keharusan pembelajaran solat kepada anak: suruhlah anak solat pada usia 7 tahun, dan pukullah bila tidak solat pada usia 10 tahun. Rasulullah saw membolehkan memukul anak di usia 10 tahun kalau dia tidak melakukan solat dari pertama kali disuruh di usia 7 tahun. Ini ertinya ada masa 3 tahun, orang tua untuk mendidik anak-anaknya untuk solat. Dan waktu yang cukup untuk melakukan pendidikan solat.

Proses tarbiyah anak dalam melakukan solat, sering mengalami gangguan dari berbagai kalangan dan lingkungan. Dari pendisiplinan formal di sekolah dan di rumah, kadang membuat kegiatan pendidikan shalat menjadi kurang efektif dan bahkan gagal sama sekali, terutama cara membangun citra solat dalam pandangan anak. Baru-baru ini, ada seorang istri yang mengadu kepada seorang ustazah tentang suaminya yang tidak pernah solat, ketika ditanya penyebabnya, ternyata dia trauma dengan perintah solat. Setiap mendengar perintah solat maka terbayang mesti tidur di luar rumah, karena ketika kecil bila tidak solat harus keluar dari rumah. Sehingga kesan yang terbentuk di kepala anak kegiatan solat itu tidak menyenangkan, dan bahkan menyebalkan. Kalau hal ini terbentuk bertahun-tahun tanpa ada perbaikan, maka sudah pasti dibayangkan hasilnya, terbentuknya seorang anak muslim yang tidak solat.

Cara ketiga adalah mentarbiyah anak agar dapat menjemput rezeki yang Allah telah siapkan bagi setiap orang. Anak ditarbiyah untuk memiliki life skill [keterampilan hidup] dan skill to life [keterampilan untuk hidup]. Rezeki yang telah Allah siapkan. Setelah itu anak diajarkan untuk bersyukur.

Cara keempat adalah mentarbiyah anak agar disenangi ramai orang. Orang senang bergaul dengan anak kita, seperti yang diperintahkan oleh Rasulullah saw: “Berinteraksilah dengan manusia dengan akhlaq yang baik.” [HR. Bukhari].

Anak kita diberikan cerita tentang Rasulullah saw, supaya muncul kebanggaan dan kekaguman kepada nabinya, yang pada gilirannya menjadikan Rasulullah menjadi teladannya. Kalau anak kita dapat meneladani Rasulullah saw, bererti mereka sudah memiliki akhlaq yang baik karena sebagaimana kita ketahui, Rasulullah memiliki akhlaq yang baik seperti pujian Allah di dalam al-Quran: “Sesungguhnya engkau [Muhammad] berakhlaq yang agung.” [Al-Qalam, 68: 4]

Cara kelima adalah mentarbiyah anak dengan mempertebal terus keimanan, sampai harus merasakan kebersamaan dan pengawasan Allah kepada mereka. Hasilnya, seorang budak penggembala kambing enggan menjualkan kambing milik tuannya kepada Umar Al-Khattab lalu mempersoalkan kembali "Di mana Allah ?" untuk dia melakukan hal tersebut. Begitu juga kisah anak penjual susu yang menghalang niat ibunya yang berhasrat mencampurkan air ke dalam susu. Inilah teladan yang kita perlu contohkan kepada anak - anak zaman sekarang yang berada dalam persekitaran yang penuh dengan maksiat.

Cara keenam adalah mentarbiyah anak agar tetap memperhatikan orang-orang yang berjasa, walaupun sekadar doa dan mengambil berat terhadap orang-orang yang beriman yang ada di sekitarnya baik yang ada sekarang maupun yang telah mendahuluinya. Mendampingi orang - orang soleh akan mempengaruhi akhlak si anak. Semoga mereka membesar dengan penuh kebaikan dan memberi manfaat seperti para salafussoleh.

http://www.dakwatuna.com/2007/mendidik-anak-cara-nabi-ibrahim/

Kode Plastik Kegunaan Harian


Saya baru tau, ternyata kode yang tercantum dibawah kode botol, dengan simbol2, huruf2 dan sebagainya, penting untuk diperhatikan, karena salah-salah bisa berbahaya untuk kesehatan. Bahkan ada beberapa kode yang sebaiknya dilarang untuk digunakan oleh bayi.

Di bagian bawah botol, ada gambar berbentuk segitiga. Segitiga yang dimaksud adalah Resin identification code dimana kode ini lah yang dipake untuk menentukan type dari bahan plastik supaya nantinya bahan tersebut bisa dipilah untuk di daur-ulang.

Seandainya saya ngga punya bayi, mungkin masih akan lama lagi saya baru peduli dengan makna yang terkandung dalam kode-kode botol tersebut. Wah thanks banget buat Mbak Diah dari milis asiforbaby yang udah memberi edukasi tentang kode-kode itu.

So here you go:

1. PETE atau PET (polyethylene terephthalate)

PETE atau PET (polyethylene terephthalate) biasa dipakai untuk botol plastik yang jernih/transparan/tembus pandang seperti botol air mineral, botol jus, dan hampir semua botol minuman lainnya. Boto ini direkomendasikan hanya untuk sekali pakai. Jangan pakai untuk air hangat apalagi panas. Buang botol yang sudah lama atau terlihat baret-baret.

2. HDPE (high density polyethylene)

HDPE (high density polyethylene) biasa dipakai untuk botol susu yang berwarna putih susu. Sama seperti PET, kode ini juga direkomendasikan hanya untuk sekali pemakaian.

3. PVC (polyvinyl chloride)

PVC (polyvinyl chloride) adalah plastik yang paling sulit di daur ulang. Plastik ini bisa ditemukan pada plastik pembungkus (cling wrap), dan botol-botol. Kandungan dari PVC yaitu DEHA yang terdapat pada plastik pembungkus dapat bocor dan masuk ke makanan berminyak bila dipanaskan. PVC berpotensi berbahaya untuk ginjal, hati dan berat badan.

4. LDPE (Low density polyethylene)

LDPE (low density polyethylene) biasa dipakai untuk tempat makanan dan botol-botol yang lembek. Barang-barang dengan kode ini dapat di daur ulang dan baik untuk barang-barang yang memerlukan fleksibilitas tetapi kuat. Barang dengan kode ini bisa dibilang tidak dapat di hancurkan tetapi tetap baik untuk tempat makanan.


5. PP (Polypropylene)

PP (polypropylene) adalah pilihan terbaik untuk bahan plastik terutama untuk yang berhubungan dengan makanan dan minuman seperti tempat menyimpan makanan, botol minum dan terpenting botol minum untuk bayi. Karakteristik adalah biasa botol transparan yang tidak jernih atau berawan. Cari simbol ini bila membeli barang berbahan plastik.


6. PS (Polystyrene)

PS (polystyrene) biasa dipakai sebagai bahan tempat makan styrofoam, tempat minum sekali pakai, dll. Bahan Polystyrene bisa membocorkan bahan styrine ke dalam makanan ketika makanan tersebut bersentuhan. Bahan Styrine berbahaya untuk otak dan sistem syaraf. Selain tempat makanan, styrine juga bisa didapatkan dari asap rokok, asap kendaraan dan bahan konstruksi gedung. Bahan ini harus dihindari dan banyak negara bagian di Amerika sudah melarang pemakaian tempat makanan berbahan styrofoam termasuk negara China.



7. OTHER (acrylonitrile butadiene styrene acrylic, polycarbonate, polylactic acid, nylon, fiberglass)

Other (biasanya polycarbonate) bisa didapatkan di tempat makanan dan minuman seperti botol minum olahraga. Polycarbonate bisa mengeluarkan bahan utamanya yaitu Bisphenol-A ke dalam makanan dan minuman yang berpotensi merusak sistem hormon. Hindari bahan plastik Polycarbonate.

Sumber: Diah from mailing list asiforbaby@yahoogroups.com

Tips Mendidik Anak

  1. Pendidikan anak-anak adalah ibadah jika dilakukan dengan ikhlas selain tanggungjawab yang akan dihitung oleh Allah.
  2. Apa yang dibiasakan sejak kecil akan menjadi tabiat anak setelah dewasa
  3. Mental retarded atau geniusnya seseorang anak bergantung kepada layanan orang di sekelilingnya.
  4. Kanak-kanak mampu belajar lebih banyak apabila otaknya berkembang dengan pesat
  5. Rangsangan otak yang tinggi akan mempercepatkan pertumbuhan fizikal anak.
  6. Brain injured yang menyebabkan kelumpuhan mampu dipulihkan dengan betul pada peringkat awal kanak-kanak.
  7. Ajarkan anak-anak bahasa kedua dan ketiga sebelum 1 tahun untuk mewujudkan sel-sel otak dalam unit bahasa
  8. Fitrah kanak-kanak adalah belajar dengan cara meneroka alam. Apabila dia disekat, dia akan merasakan bahawa belajar adalh perkara yang tidak disenangi dan menjadi malas untuk belajar kelak.
  9. Belajar adalah keseronokan apabila tidak dipaksa, dihukum, ditakuti dan disuruh bersaing. Kanak-kanak akan cepat belajar apabila berada dengan kakak atau abangnya yang sedang mengulang kaji pelajaran.
Petikan daripada : NURY

Berkunjunglah ke NURY

Subhanallah... wal hamdulillah.

Andai anda punya kelapangan atau mempunyai anak sindrom down atau bermasalah ... berkunjunglah ke Institut Pembangunan dan Keluarga NURY. Pasti ada ilmu berharga yang anda dapatkan di sana dalam mendidik anak - anak menjadi manusia cemerlang.

NURY ditubuhkan oleh Dato' Dr Noor Laily pada tahun 1985 untuk meneruskan idea Glen Doman dan memberi harapan kepada kanak - kanak yang bermasalah untuk cemerlang seperti mereka yang normal. Apa yang menarik, unsur - unsur islam diterapkan dalam program ini.

http://www.nury.com.my/03/


Kenali EMOSI Anak


Ibu bapa perlu membimbing, fahami perasaan anak ketika usia semakin meningkat supaya pemikiran tidak terganggu. Kehadiran anak dalam sebuah perkahwinan memberikan makna besar kepada insan bergelar ibu dan bapa. Permata hati disambut riang gembira. Saban hari bertukar ganti, daripada telapak kaki sebesar dua jari hingga ke pandai ‘berdiri sendiri’, ibu bapa kadang kala terasa semakin jauh dengan anak yang dilahirkan.

Senario seperti ini bukan perkara baru, malah segelintir ibu bapa sendiri mengakui, semakin anak itu membesar, semakin sukar dikawal pergerakan mereka. Seorang teman menyebut ‘kalau masih kecil, bolehlah dipukul, ditampar, tapi bila sudah besar, dia pula yang memukul aku nanti’.

Realitinya bayi yang lahir ke dunia ini diciptakan memiliki emosi yang tidak sama. Ibu bapa tidak boleh menyangka sekiranya perangainya baik, maka anaknya akan mengikut perangai yang serupa. Sedikit sebanyak mungkin ada benarnya kerana pendidiknya adalah kita sebagai ibu bapa.

Tetapi pengaruh luaran kadangkala memberikan impak lebih besar kepada anak itu nanti. Sebab itulah mendidik anak perlu dilakukan mengikut zaman mereka berada, dan tidak sesuai mengamalkan didikan ‘zaman dulu’ kepada anak zaman ini.

Bagaimanapun, ramai pakar kanak-kanak bersetuju, andai emosi anak ditangani dengan baik sejak kecil, pergerakan mereka ‘lebih mudah dikawal’, umpama menekan alat kawalan jauh. Emosi yang stabil membantu melahirkan anak lebih cemerlang, emosi yang terganggu pula melahirkan anak sebaliknya.

Emosi dikaitkan perasaan iaitu suatu aspek penting dalam kehidupan seseorang. Ia menunjukkan pelbagai aspek termasuk negatif atau positif, kerana ia membantu kanak-kanak membina idea baru, matlamat dan perancangan.

Pensyarah Psikologi Perkembangan Dan Pendidikan Awal Kanak-kanak Institut Pendidikan Universiti Islam Antarabangsa Malaysia, Dr Mastura Badriz, berkata ilustrasi emosi yang terlihat dalam kehidupan harian kanak-kanak berfungsi sebagai satu cara bagi komunikasi untuk memberitahu dan menyatakan keperluan mereka.

“Segelintir anak yang menangis, besar kemungkinan mereka berasa takut dan memerlukan perlindungan daripada ibu bapa mereka. Kanak-kanak selalunya belum mengenali konsep masa. Sama ada sekejap atau lambat, asal saja ibu bapa tiada depan mata mereka akan mula menangis.
“Kadangkala ibu bapa selalu merungut ‘budak ni, aku tak ada depan mata seminit pun menangis’. Mereka hanya tahu, bila tiada ibu bapa depan mata, maka sudah tidak selamat,” katanya pada Seminar Celik Emosi anjuran Hal Ehwal Wanita (Helwa), Angkatan Belia Islam Malaysia (ABIM) baru-baru ini.

Beliau berkata, kanak-kanak menyuarakan ‘isi hati’ menerusi emosi yang ditonjolkan dan ibu bapa selalunya adalah idola kepada mereka. Segelintir ibu bapa yang marah terhadap anak andai menjerit, tetapi pada masa sama si ibu atau ayah tetap mengherdik seperti ‘mak kata jangan menjerit’.

Penggunaan intonasi yang tinggi, sedangkan ibu inginkan anak bersuara rendah, menjadi anak berkenaan keliru dengan apa yang diperkatakan. Memandu atau menangani emosi anak ke arah positif adalah perlu dalam usaha melahirkan anak yang seimbang.

“Setiap anak itu unik dan tersendiri. Along dan angah mungkin mempunyai emosi yang berlainan. Dalam usaha mengenali anak, ibu bapa perlu memahami emosi mereka kerana kita tidak mahu anak membesar dalam emosi yang terganggu.

“Ada anak yang sensitif tetapi ada anak yang merajuk mahu dirinya dipujuk serta dirayu. Andai betul caranya, kita ‘melayan’ emosi mereka, si kecil akan membesar merasa dirinya dihargai dan diperlukan, bukan dibiarkan bersendirian dan dibenci,” katanya.

Jenis Emosi atau Perasaan dan implikasi pada kanak-kanak:

Gembira - Membantu kanak-kanak atau remaja berfikir bagaimana melahirkan rasa seronok dan menggalakkan mereka bercakap mengenai sesuatu yang mereka sukai.

Marah - Membantu mencari jalan bagaimana menghadapi halangan untuk mendapat sesuatu yang dicitakan dan mengenal erti kesabaran, belajar melahirkan perasaan geram dalam bentuk yang bersesuaian dan mencari jalan penyelesaian.

Takut - Rasa terancam, suatu motivasi ingin memastikan keselamatan diri dari aspek fizikal dan psikologi. Merangsang kanak-kanak melahirkan fikiran dan perasaan takutnya, mencari jaminan mendapat ketenangan dan ketenteraman.

Sedih - Kehilangan, tidak mendapat apa yang dikehendaki menjadikan kanak-kanak berusaha lebih mendapat apa yang dicita, mencurah perasaan dan berfikir bagaimana mengatasi rasa sedih.

Geli - Selalunya dikaitkan dengan makanan, bau dan pandangan, suatu yang semula jadi menjadikan seseorang kanak-kanak berhati-hati agar tidak ‘terkena’ apa yang yang beliau geli. Perasaan ini perlu dihormati dan bantu mereka mencari sebab mengapa mereka berperasaan begitu.

Cemas - Asalkan tidak keterlaluan, sebenarnya ia membantu kanak-kanak berusaha mengambil langkah mengelak diri dari menghadapi masalah, belajar menahan perasaan bimbang dan bertindak proaktif untuk menunjukkan sesuatu yang terbaik.

Malu - Menjadikan kanak-kanak menyedari kepentingan perilaku yang baik dan mengelak daripada melakukan sesuatu yang dikatakan memalukan. Ini membantu mereka mengawal tingkah laku mereka sendiri.

Rasa bersalah - Wujud bila kanak-kanak melakukan sesuatu yang dianggap ‘keluar’ dari ’standard’ tingkah laku yang baik. Si kecil akan berusaha untuk tidak dianggap bersalah dengan berakhlak sebaik mungkin dan sekiranya kesalahan tetap atau sudah dilakukan, perasaan ini merangsang kanak-kanak meluahkan perasaan dan menyedari agar berusaha untuk tidak mengulangi pada waktu yang lain.

Rasa bangga - Tercetus bila seseorang kanak-kanak terasa dihormati/dihargai oleh orang lain atau bila ia mencapai apa yang diharapkan seperti merangsang mereka meluahkan apa yang membuatkan mereka merasa bangga dan memberi peluang berkongsi rasa bangga, puas dan gembira.

Perkembangan Awal Emosi (bayi 0-15 bulan)

Emosi asas (positif dan negatif) berkembang secara ‘gradual’ terutama dalam tempoh enam bulan pertama dan selalunya ditonjolkan menerusi memek muka dan ‘eye contact’:
- gembira/seronok - senyum, pipi terangkat, mata berbentuk bulan sabit. Contoh - bila diagah.
- terkejut - angkat kening, mulut terbuka luas, bulatkan mata. Contoh - berhenti menangis bila dengar bunyi muzik atau suara jeritan
- minat - merenung, mengerutkan kening dan bibir. Contoh - merenung wajah ibu, melihat persekitaran
- marah - mengerut dan memasamkan muka, kening turun naik, mata tajam. Contoh ‘mengamuk’ bila mengantuk atau lapar, bila objek ‘dirampas’ daripada tangan.
- Sedih - muka masam dan layu, dagu tertolak ke hadapan. Contoh - ditinggalkan ibu
- Geli- berkerut kening, jelir lidah. Contoh - ‘menolak’ jenis makanan tertentu, menangis bila buang air.

Bayi antara 3 - 8 minggu sudah boleh tersenyum- perkembangan awal emosi positif. Bayi 12- 20 minggu - senyum pada wajah dan suara dikenali; senyum bila merasakan persekitaran ‘dikuasai’, mula ketawa.

- Enam bulan pertama bayi masih belum mempunyai rasa sayang/ kasih pada sesuatu/seseorang.

- Perasaan kasih mula terbentuk ketika usia antara 7 hingga 9 bulan - melalui hubungan ikatan kasih sayang, sentuhan, belaian dengan orang yang paling hampir seperti ibu dan ayah, menunjukkan rasa tidak senang/takut dengan kehadiran ‘orang asing’.

Emosi anak tatih (16-36 bulan)

Emosi turun naik seperti ‘roller coaster’
Usia 2 tahun : sudah tahu menunjukkan emosi dan emosi yang ditunjukkan memang disengajakan - tidak ragu-ragu untuk melakukannya.
Mahu ‘bebas’ tetapi tidak mahu ditinggalkan bersendirian - rasa diri ’sudah besar’ tetapi mahu dibelai.
‘reject syndrome’ - dalaman kanak-kanak bukan ‘menentang’ ibu bapa.
‘temper tantrum’ (tidak mampu meluahkan perasaan sepenuhnya dalam bentuk perkataan/verbal)

Berbagai bentuk perasaan takut: bunyi bising, suara binatang, bilik gelap, ‘hilang’ ibu bapa, perubahan persekitaran dan sebagainya (takut pada apa saja yang ‘dianggap’ bahaya).
Emosi anak prasekolah (36 bulan hingga ke usia enam tahun)

Usia 3-4 tahun sudah boleh memahami perkaitan antara emosi dan persekitaran/ sebab yang mempengaruhi emosi. Mula belajar mengawal emosi yang turun naik. Pemahaman terhadap emosi orang lain terbatas hanya kepada emosi yang ditunjukkan melalui memek muka. Perasaan takut yang terbentuk berkait dengan imaginasi dan khayalan berserta perkembangan daya kreativiti dan pemikiran abstrak. Contohnya takut hantu, takut jatuh. Lebih berdikari, kurang physical contact dengan ibu bapa. Lebih banyk bercakap untuk mencurah perasaan/menangani perasan.

Perkembangan emosi kanak-kanak usia pertengahan (7-14 tahun)

Sudah pandai menyembunyikan emosi yang negatif dengan berpura-pura menunjukkan keseronokan. Sudah mula memahami dan menghurai emosi yang kompleks : perasaan malu, rasa bersalah, rasa bangga dan cemburu. Perasaan takut mula berkembang kepada yang lebih realistik - takut sekolah, takut berkomunikasi, takut kejadian jenayah. Mahu disayangi tetapi bukan ditonjolkan depan ramai. Amat memerlukan bantuan mengenalpasti emosi marah agar tidak ‘out of control’; belajar mengawal perasan. Perlu perhatian dan dorongan mengatasi rasa takut. Mula memahami keperluan kumpulan.

Tanda-tanda Anak Bersedia Ke TANDAS.

Tanda-tanda anak anda sudah bersedia untuk latihan ke tandas (untuk mencuba, tidak semestinya anak anda ada kesemua tanda-tanda berikut)

Skil Bahasa

  1. Mampu mengikut arahan (cth: “Tanggal seluar, pergi ke tandas.”).
  2. Bercakap dua patah perkataan (cth:"babai yak", “jom yak”).

Skil Kognitif

  1. Meniru perbuatan orang dewasa (cth: menyapu lantai)
  2. Memahami sebab dan akibat (cth: kalau kencing, seluar basah)

{mosimage}Skil Emosi

  1. Suka mendapat pujian dengan mengikut arahan anda
  2. Menunjukkan bantahan, tidak patuh kepada arahan anda
  3. Cuba untuk berdikari dalam aktiviti seharian (cth : berkeras untuk makan sendiri, cuba menanggalkan seluar sendiri)
  4. Bangga dengan kepunyaan sendiri (“adik punya” dan “yak adik”)
  5. Suka mengikut dan melihat anda atau kakak/abangnya ke tandas.

Skil Motor

  1. Boleh berjalan dengan baik
  2. Boleh menanggalkan seluar sendiri
  3. Boleh berdiri tegak 5 minit tanpa bantuan
  4. Boleh menahan kencing dan berak (lampin akan kering lebih 2 jam tetapi bila basah, basah dengan banyak sekali)
  5. Buang air besar pada masa yang sama hampir setiap hari

Penjagaan Badan

  1. Tidak selesa dengan lampin yang basah atau bernajis
  2. Tidak mahu memakai lampin dan suka menanggalkannya
  3. Meminta untuk menggunakan kerusi ‘potty’
  4. Menunjukkan ekspresi muka, badan, perbuatan atau percakapan jika mahu buang air. (cth: akan pergi ke satu sudut tertentu di rumah)

Melatih Anak Ke TANDAS


Melatih anak ke tandas untuk membuang air kecil atau besar merupakan satu fasa yang cukup mencabar kepada anak dan ibu bapa serta memakan masa yang agak panjang.

Kemahiran mengawal pundi kencing dan usus besar berbeza antara satu kanak-kanak dengan yang lain. Kanak-kanak perempuan juga biasanya didapati dapat mengawal pundi kencing dan usus besar lebih awal daripada kanak-kanak lelaki.

Menurut pakar, kanak-kanak biasanya mula dapat mengawal pundi kencing apabila berumur sekitar 15 ke 18 bulan. Pengawalan usus besar biasanya berlaku lebih awal daripada pengawalan pundi kencing. Anak juga lebih mudah memberitahu hendak membuang air besar daripada membuang air kecil.

Kesediaan anak untuk tugasan ini bergantung kepada perkembangan otak, saraf dan otot-ototnya. Cuba melatih anak yang belum bersedia akan memberi tekanan kepada anak dan ibu bapa. Tekanan mungkin melambatkan perkembangan ini. Ibu bapa harus melalui fasa ini dengan tenang dan realistik.

Saya biasanya melatih anak ke tandas sekitar usia anak 20 bulan ke 2 tahun apabila anak mula menunjukkan bahawa mereka tidak suka memakai lampin dan cuba membukanya sendiri. Pada usia ini anak juga dapat menahan kencing lebih lama.

Kanak-kanak 2 ½ tahun boleh menahan kencing selama 4 hingga 5 jam dan makin bertambah bila umurnya bertambah. Mereka biasanya lebih yakin dan tidak mahu memakai lampin di siang hari.

Buat permulaan ibu bapa perlu bertanya anak dari masa ke semasa sama ada mereka hendak buang air. Elakkan daripada mendesak. Kita mungkin perlu menemani anak ke tandas. Buat permulaan kita juga perlu sentiasa membasuh mereka dengan betul kerana mereka belum faham konsep istinjak.

Pastikan juga anak di ajar membasuh tangan dengan betul sebelum keluar dari tandas. Keadaan bertambah mencabar apabila anak ingin melakukan sendiri. Bimbing anak dengan sabar dan libatkan abang dan kakak mereka supaya kita dapat menjaga kesucian rumah. Sediakan tuala berhampiran tandas untuk anak mengelap badan. Mereka mudah tergelincir jika berjalan dalam keadaan badan yang basah

Berilah pujian setiap kali anak dapat buang air kecil atau besar di dalam tandas. Nyatakan bahawa dia telah melakukan sesuatu yang baik dan tunjukkan kegembiraan anda.

Sekiranya anak membuang air besar atau kecil di dalam seluar, bawa ke bilik air , tukarkan pakaiannya tanpa memarahi dan membuat kecoh mengenainya. Memarahi dan menghukum anak lebih memudaratkan kerana mereka mungkin tidak mahu langsung bimbingan dari kedua orang tuanya.

Pada peringkat ini, sebaiknya pakaikan mereka seluar yang mudah dibuka iaitu seluar bergetah sahaja tanpa butang dan zip. Rumah juga lebih baik tidak dihampar dengan tikar dan karpet setiap masa supaya najis dapat dibersihkan dengan mudah.

Ada juga kanak-kanak yang takut untuk menggunakan tandas kerana lubangnya yang besar. Mereka juga takut terjatuh ke dalamnya. Biasanya saya membenarkan anak membuang air kecil di lantai dalam tandas dan buang air besar di dalam bekas najis di dalam tandas. Saya dapati mereka juga takut untuk ke tandas di rumah orang lain dan apabila hari hujan lebat.

Berkongsi pengalaman peribadi, anak kedua saya mula bersedia untuk tidak memakai lampin pada bulan November iaitu bermulanya musim tengkujuh. Ini lebih menyukarkan kerana dia lebih kerap kencing kerana cuaca yang sejuk. Tambahan pula dia anak yang lasak dan sukar untuk memujuknya ke tandas. Saya kemudian memutuskan untuk mula melatihnya selepas musim tengkujuh.

Anak yang menyusu badan sehingga dua tahun juga lebih mudah untuk dilatih. Mereka kurang membuang air besar dan kecil berbanding susu botol kerana susu badan lebih mudah hadam.

Kita juga perlu lebih berwaspada kerana pada peringkat ini kanak-kanak bermain dengan air kencing dan najis adalah satu perkara biasa. Ini bukan bermakna mereka degil atau pengotor. Kanak-kanak terpesona dengan apa yang keluar daripada tubuh mereka.

Bermain dengan air kencing juga sering beraku kerana sememangnya kanak-kanak suka bermain air pada peringkat ini. Semua anak-anak saya pernah melakukan perkara ini.

Pada suatu ketika tanpa disedari seorang daripada anak saya bersembunyi di dalam bilik dan membuang air besar di dalam seluar. Kemudian dia menconteng dinding dengan najisnya seperti membuat aktiviti kreatif. Bayangkan bagaimana sukarnya untuk saya menahan perasaan marah dan mencuci kotoran yang dilakukan di dinding. Alhamdulillah ia hanya berlaku sekali sahaja. Saya dapat rasakan bahawa anak tahu perasaan marah melalui memek muka walau bagaimana saya cuba menyoroknya.

Ada juga anak yang cuba merasa air kencing dan memakan najisnya sendiri. Ini juga kerana naluri ingin tahu dan mencuba mereka yang sangat tinggi. Biasanya mereka tidak akan mengulangi tindakan ini kerana tidak suka dengan rasanya.

Di kampung saya dahulu, ada satu kepercayaan berkaitan perkara ini. Anak yang memakan najisnya sendiri dipercayai akan mengalami kerencatan otak. Jadi apabila ada anak yang memakan najis sendiri, emaknya akan pergi ke rumah-rumah jiran meminta beras untuk di buat bubur dan diagih-agihkan semula sebagai cara untuk mendoakan supaya perkara ini tidak terjadi.

Walaupun anak sudah pandai ketandas, kebanyakan kanak-kanak belum boleh meninggalkan kencing malam sehingga usia 3 tahun. Ada yang lebih lambat sehingga 4 dan 5 tahun.

Apa yang boleh membantu adalah memastikan mereka tidak minum air terlalu banyak dan kencing dahulu sebelum tidur. Pasangan lampu malam supaya memudahkan anak ke tandas apabila perlu. Pada peringkat ini saya sentiasa memasang lampu tandas pada waktu malam supaya anak tidak takut untuk ke tandas.

Kita juga boleh menggunakan lapik getah di bawah cadar. Juga elakkan membuat kecoh apabila anak kencing malam sekali sekala sebaliknya berikan bimbingan dan keyakinan kepada mereka.

Biasanya anak akan mempunyai keyakinan dan harga diri yang lebih tinggi apabila sudah pandai ke tandas. Kesediaan setiap kanak-kanak adalah berbeza dan pakar juga berpendapat tabiat ini juga mungkin diwarisi daripada ibu atau ayah.

Apa pun kadang-kadang masalah anak terkencing dalam seluar dan membasahkan tilam pada waktu malam berulang semula. Ini biasanya berpunca daripada kebimbangan anak seperti bertukar pengasuh, mula ke taska atau tadika dan pergaduhan ibu bapa. Rujuklah kepada pakar sekiranya masalah berlarutan atau anak menunjukkan perkembangan yang tidak normal dalam perkembangan ini.

Melatih anak ke tandas memerlukan kesabaran yang tinggi. Di taska kami sentiasa peka kepada perkembangan ini dan banyak membantu. Biasanya lebih mudah melatih kanak-kanak di taska kerana suasana yang lebih kondusif. Biasanya pengasuh akan memperingatkan semua kanak-kanak dari masa ke semasa. Mereka juga seronok berlatih ke tandas bersama kanak-kanak lain.

Apa pun anak perlu dilatih untuk ke tandas. Dalam proses memperolehi kemahiran ini anak akan melakukan banyak kesilapan dan sikap ibu bapa banyak mempengaruhi kejayaan mereka. Ibu bapa yang terlalu mengongkong dan mengharapkan kesempurnaan biasanya akan melambatkan proses ini.

http://praskgumisi.blogspot.com/

PEMAKANAN KANAK-KANAK KURANG BERAT BADAN


Anak-anak merupakan amanah Allah yang perlu dijaga dan dibelai dengan sepenuh kasih sayang. Pemakanan adalah satu faktor yang amat penting untuk mengukuhkan kesihatan, menampung pembesaran dan memenuhi keperluan keperluan untuk melakukan aktiviti fizikal. Kanak-kanak perlu makanan untuk membesar dan menjalani proses pembesaran yang sihat. Faktor yang menyumbang kepada berlaku kekurangan berat badan dikalangan kanak-kanak kurang berat badan diantaranya ialah kurang pengambilan tenaga (kalori) dan sumber protein. Selain daripada itu, masalah jangkitan cacing, jangkitan penyakit dan masalah kongenital juga merupakan masalah kekurangan berat badan.

Kesan akibat kekurangan berat badan terhadap kesihatan kanak-kanak

Para ibu dan bapa jangan memandang ringan terhadap berat badan kanak-kanak. Perkataan ’tak apa nanti besar berat badan akan naik” perlu dikikis. Tidak dinafikan pemberian makanan di usia satu hingga enam tahun adalah sesuatu yang amat mencabar. Namun perlu diingat, pemberian makanan yang berkhasiat amat diperlukan oleh kanak-kanak di usia begini untuk memenuhi keperluan tenaga dan nutrien yang semakin meningkat bagi mencapai tumbesaran dan perkembangan yang sempurna. Antara kesan akibat kekurangan berat badan terhadap kesihatan ialah:
• Menjejaskan kecerdasan otak
• Mengganggu pertumbuhan fizikal
• Mengganggu perkembangan kanak-kanak
• Mudah dijangkiti penyakit

Panduan Memberi Makanan Kepada Kanak-Kanak Kurang Berat Badan.

• Adalah digalakkan ibu menyusukan anak-anak dengan susu ibu selama enam bulan secara eksklusif dan teruskan sehingga berumur dua tahun.
• Elakkan daripada memberi makanan dan minuman yang rendah kandungan tenaga seperti air kosong, teh, kopi dan sup kosong.
• Pastikan anak-anak diberi makan sekurang-kurangnya 5-6 kali sehari.
• Tambahkan sedikit minyak, marjerin atau menggunakan santan dalam masakan contoh semasa menumis bawang, atau memasukkan santan semasa membuat bubur nasi.
• Pelbagaikan jenis makanan mengikut panduan Piramid Makanan Malaysia.

Ubah Suai Makanan Untuk Kanak-Kanak Kurang Berat Badan

Kanak-kanak yang kurang berat badan perlu makan makanan yang tinggi kalori (tenaga) untuk meningkatkan berat badan ketahap berat badan normal mengikut umur. Terdapat pelbagai cara yang boleh dilakukan oleh ibu semasa menyediakan makanan anak-anak.

Ambil ini....
Nasi/bubur (Tambah...... nasi Santan/ ayam/daging/udang/telur)
Roti (Tambah...... Marjerin/mentega kacang/telur)
Biskut (Tambah...... Marjerin/keju/jem)
Sayur (Tambah...... Santan/marjerin/minyak)
Buah (Tambah...... Yogurt/ puding)

Menangani Anak yang Tidak Selera Makan

Masalah ini kerap berlaku dikalangan kanak-kanak yang berusia satu hingga enam tahun. Banyak faktor yang menyumbang kepada masalah ini, antaranya:
• Terlalu banyak bermain
• Tiada kawan
• Masalah kesihatan
• Masalah gigi rosak
• Jenis makanan dan cara masakan yang sama.

Ibu dan bapa perlu memainkan peranan untuk menggalakkan anak-anak makan. Antaranya:
• Galakkan anak makan bersama-sama ahli keluarga.
• Makan bersama-sama rakan sebaya.
• Hidangkan makanan beraneka warna dan bentuk yang menarik.
• Elakkan dari memarahi anak semasa makan.

Tanggungjawab ibu bapa amat berat. Namun ibu bapa jangan mudah putus asa untuk melayani kerenah anak-anak. Ini kerana anak yang sihat merupakan tonggak utama masa depan negara. Semoga anda dapat menjadi ibu bapa yang berjaya. Insyaallah.

Oleh: Puan Nor Azah Ahmad
Penolong Pengarah Kanan(Pemakanan)
Jabatan Kesihatan Wilayah Persekutuan
Kuala Lumpur

Anak Melatih Kita Bersabar ?

Sabar itu tercermin melalui tiga kategori iaitu sabar dalam berkata, perbuatan dan hati. Sabar dalam berkata ialah tidak mengucapkan kata – kata kesat dan kasar. Sabar dalam perbuatan ialah menahan diri daripada melakukan sesuatu yang tidak baik kepada orang atau objek disekeliling kerana marah. Sedangkan sabar dalam hati ialah bersangka baik dengan setiap yang berlaku.

Saat anak baru dilahirkan, dia hanya mampu menangis untuk menyatakan segalanya tanpa batas waktu dan keadaan. Terkadang sang ibu terutamanya yang baru menimang cahaya mata merasa rimas dan kurang sabar dengan tangisan yang belum dapat dipastikan apakah solusi terbaik untuk bayinya. Lapar, sakit, tidak selesa atau inginkan perhatian ? Rasa letih, mengantuk dan kesibukan dengan kerja rumah yang ada sekurang – kurangnya akan menimbulkan rasa kurang senang di hati seorang ibu sehingga meleteri anaknya bahkan mungkin kurang sabar dalam perlakuannya.

Saat anak telah mencecah usia kanak – kanak. Dia makin lincah, memanjat, menconteng dinding, memecahkan gelas dan meneroka setiap inci dunia yang berada di depan matanya. Jatuh bangun, adalah rencah kehidupannya. Si ibu sekali lagi kepenatan melayan kerenah anak – anaknya, apa yang pasti sebolehnya digari anak kecil itu agar dunia si ibu kembali aman.

Masa terus berlalu, zaman remaja dan dewasa terus ditempuhi oleh si anak dengan kerenahnya sendiri. Walaupun sudah lanjut usia, si ibu semakin kurang sabar dengan perangai anak – anaknya. Lisannya selalu menyatakan kesalahan anak – anaknya. Ingin dipukul, semuanya sudah pun dewasa.

Sedar atau tidak, anak itu menjadi sebahagian ujian Allah untuk kita yang bergelar ibu bapa meningkatkan kesabaran dalam hal – hal yang tidak kita senangi. Sedangkan Allah beserta orang – orang yang sabar dalam mengharungi segala musibah yang melanda hidup mereka. Saat kita menghadapi situasi yang kurang menyenangkan, cubalah untuk berbaik sangka terhadap apa yang terjadi. Cukuplah yang keluar dari lisan kita ialah doa – doa kebaikan dan kejayaan untuk si anak. Cukuplah pukulan sekadar menginsafkan dan peluk cium dengan penuh kasih sayang.

Anak kita adalah cerminan peribadi kita. Saat anak kelihatan menderhakai kita, semaklah kembali kederhakaan kita kepada perintahNya. Saat anak mulai enggan untuk mentaati kita, ukurlah kembali nilaian ketaatan kita kepadaNya. Kerana anak bukan sekadar diberi makan untuk terus hidup tapi perlu juga diberi didikan dunia dan agama untuk menjadi insan yang berbakti ketika di dunia dan penyelamat kita di akhirat sana.

Agar Pernikahan Membawa Berkah

Oleh: Tim dakwatuna.com
--------------------------------------------------------------------------------

Di saat seseorang melaksanakan aqad pernikahan, maka ia akan mendapatkan banyak ucapan do’a dari para undangan dengan do’a keberkahan sebagaimana diajarkan oleh Rasulullah SAW; “Semoga Allah memberkahimu, dan menetapkan keberkahan atasmu, dan mengumpulkan kalian berdua dalam kebaikan.” Do’a ini sarat dengan makna yang mendalam, bahwa pernikahan seharusnya akan mendatangkan banyak keberkahan bagi pelakunya. Namun kenyataannya, kita mendapati banyak fenomena yang menunjukkan tidak adanya keberkahan hidup berumah tangga setelah pernikahan, baik di kalangan masyarakat umum maupun di kalangan keluarga du’at (kader dakwah). Wujud ketidakberkahan dalam pernikahan itu bisa dilihat dari berbagai segi, baik yang bersifat materil ataupun non materil.

Munculnya berbagai konflik dalam keluarga tidak jarang berawal dari permasalahan ekonomi. Boleh jadi ekonomi keluarga yang selalu dirasakan kurang kemudian menyebabkan menurunnya semangat beramal/beribadah. Sebaliknya mungkin juga secara materi sesungguhnya sangat mencukupi, akan tetapi melimpahnya harta dan kemewahan tidak membawa kebahagiaan dalam pernikahannya.

Seringkali kita juga menemui kenyataan bahwa seseorang tidak pernah berkembang kapasitasnya walau pun sudah menikah. Padahal seharusnya orang yang sudah menikah kepribadiannya makin sempurna; dari sisi wawasan dan pemahaman makin luas dan mendalam, dari segi fisik makin sehat dan kuat, secara emosi makin matang dan dewasa, trampil dalam berusaha, bersungguh-sungguh dalam bekerja, dan teratur dalam aktifitas kehidupannya sehingga dirasakan manfaat keberadaannya bagi keluarga dan masyarakat di sekitarnya.

Memperhatikan fenomena kegagalan dalam menempuh kehidupan rumah tangga sebagaimana tersebut di atas, sepatutnya kita melakukan introspeksi (muhasabah) terhadap diri kita, apakah kita masih konsisten (istiqomah) dalam memegang teguh rambu-rambu berikut agar tetap mendapatkan keberkahan dalam meniti hidup berumah tangga ?

1. Meluruskan niat/motivasi (Ishlahun Niyat)

Motivasi menikah bukanlah semata untuk memuaskan kebutuhan biologis/fisik. Menikah merupakan salah satu tanda kebesaran Allah SWT sebagaimana diungkap dalam Al-qur’an (QS. Ar Rum:21), sehingga bernilai sakral dan signifikan. Menikah juga merupakan perintah-Nya (QS. An-Nur:32) yang berarti suatu aktifitas yang bernilai ibadah dan merupakan Sunnah Rasul dalam kehidupan sebagaimana ditegaskan dalam salah satu hadits : ”Barangsiapa yang dimudahkan baginya untuk menikah, lalu ia tidak menikah maka tidaklah ia termasuk golonganku” (HR.At-Thabrani dan Al-Baihaqi). Oleh karena nikah merupakan sunnah Rasul, maka selayaknya proses menuju pernikahan, tata cara (prosesi) pernikahan dan bahkan kehidupan pasca pernikahan harus mencontoh Rasul. Misalnya saat hendak menentukan pasangan hidup hendaknya lebih mengutamakan kriteria ad Dien (agama/akhlaq) sebelum hal-hal lainnya (kecantikan/ketampanan, keturunan, dan harta); dalam prosesi pernikahan (walimatul ‘urusy) hendaknya juga dihindari hal-hal yang berlebihan (mubadzir), tradisi yang menyimpang (khurafat) dan kondisi bercampur baur (ikhtilath). Kemudian dalam kehidupan berumah tangga pasca pernikahan hendaknya berupaya membiasakan diri dengan adab dan akhlaq seperti yang dicontohkan Rasulullah saw.

Menikah merupakan upaya menjaga kehormatan dan kesucian diri, artinya seorang yang telah menikah semestinya lebih terjaga dari perangkap zina dan mampu mengendalikan syahwatnya. Allah SWT akan memberikan pertolongan kepada mereka yang mengambil langkah ini; “ Tiga golongan yang wajib Aku (Allah) menolongnya, salah satunya adalah orang yang menikah karena ingin menjaga kesucian dirinya.” (HR. Tarmidzi)

Menikah juga merupakan tangga kedua setelah pembentukan pribadi muslim (syahsiyah islamiyah) dalam tahapan amal dakwah, artinya menjadikan keluarga sebagai ladang beramal dalam rangka membentuk keluarga muslim teladan (usrah islami) yang diwarnai akhlak Islam dalam segala aktifitas dan interaksi seluruh anggota keluarga, sehingga mampu menjadi rahmatan lil ‘alamin bagi masyarakat sekitarnya. Dengan adanya keluarga-keluarga muslim pembawa rahmat diharapkan dapat terwujud komunitas dan lingkungan masyarakat yang sejahtera.

2. Sikap saling terbuka (Mushorohah)

Secara fisik suami isteri telah dihalalkan oleh Allah SWT untuk saling terbuka saat jima’ (bersenggama), padahal sebelum menikah hal itu adalah sesuatu yang diharamkan. Maka hakikatnya keterbukaan itu pun harus diwujudkan dalam interaksi kejiwaan (syu’ur), pemikiran (fikrah), dan sikap (mauqif) serta tingkah laku (suluk), sehingga masing-masing dapat secara utuh mengenal hakikat kepribadian suami/isterinya dan dapat memupuk sikap saling percaya (tsiqoh) di antara keduanya.

Hal itu dapat dicapai bila suami/isteri saling terbuka dalam segala hal menyangkut perasaan dan keinginan, ide dan pendapat, serta sifat dan kepribadian. Jangan sampai terjadi seorang suami/isteri memendam perasaan tidak enak kepada pasangannya karena prasangka buruk, atau karena kelemahan/kesalahan yang ada pada suami/isteri. Jika hal yang demikian terjadi hal yang demikian, hendaknya suami/isteri segera introspeksi (bermuhasabah) dan mengklarifikasi penyebab masalah atas dasar cinta dan kasih sayang, selanjutnya mencari solusi bersama untuk penyelesaiannya. Namun apabila perasaan tidak enak itu dibiarkan maka dapat menyebabkan interaksi suami/isteri menjadi tidak sehat dan potensial menjadi sumber konflik berkepanjangan.

3. Sikap toleran (Tasamuh)

Dua insan yang berbeda latar belakang sosial, budaya, pendidikan, dan pengalaman hidup bersatu dalam pernikahan, tentunya akan menimbulkan terjadinya perbedaan-perbedaan dalam cara berfikir, memandang suatu permasalahan, cara bersikap/bertindak, juga selera (makanan, pakaian, dsb). Potensi perbedaan tersebut apabila tidak disikapi dengan sikap toleran (tasamuh) dapat menjadi sumber konflik/perdebatan. Oleh karena itu masing-masing suami/isteri harus mengenali dan menyadari kelemahan dan kelebihan pasangannya, kemudian berusaha untuk memperbaiki kelemahan yang ada dan memupuk kelebihannya. Layaknya sebagai pakaian (seperti yang Allah sebutkan dalam QS. Albaqarah:187), maka suami/isteri harus mampu mem-percantik penampilan, artinya berusaha memupuk kebaikan yang ada (capacity building); dan menutup aurat artinya berupaya meminimalisir kelemahan/kekurangan yang ada.

Prinsip “hunna libasullakum wa antum libasullahun (QS. 2:187) antara suami dan isteri harus selalu dipegang, karena pada hakikatnya suami/isteri telah menjadi satu kesatuan yang tidak boleh dipandang secara terpisah. Kebaikan apapun yang ada pada suami merupakan kebaikan bagi isteri, begitu sebaliknya; dan kekurangan/ kelemahan apapun yang ada pada suami merupakan kekurangan/kelemahan bagi isteri, begitu sebaliknya; sehingga muncul rasa tanggung jawab bersama untuk memupuk kebaikan yang ada dan memperbaiki kelemahan yang ada.

Sikap toleran juga menuntut adanya sikap mema’afkan, yang meliputi 3 (tiga) tingkatan, yaitu: (1) Al ‘Afwu yaitu mema’afkan orang jika memang diminta, (2) As-Shofhu yaitu mema’afkan orang lain walaupun tidak diminta, dan (3) Al-Maghfirah yaitu memintakan ampun pada Allah untuk orang lain. Dalam kehidupan rumah tangga, seringkali sikap ini belum menjadi kebiasaan yang melekat, sehingga kesalahan-kesalahan kecil dari pasangan suami/isteri kadangkala menjadi awal konflik yang berlarut-larut. Tentu saja “mema’afkan” bukan berarti “membiarkan” kesalahan terus terjadi, tetapi memaafkan berarti berusaha untuk memberikan perbaikan dan peningkatan.

4. Komunikasi (Musyawarah)

Masalah dalam komunikasi (misscomunication) suami-isteri atau orang tua-anak dalam kehidupan rumah tangga akan menjadi awal kehidupan rumah tangga yang tidak harmonis. Komunikasi sangat penting, disamping akan meningkatkan jalinan cinta kasih juga menghindari terjadinya kesalahfahaman.

Kesibukan masing-masing jangan sampai membuat komunikasi suami-isteri atau orang tua-anak menjadi terputus. Banyak saat/kesempatan yang bisa dimanfaatkan, sehingga waktu pertemuan yang sedikit bisa memberikan kesan yang baik dan mendalam yaitu dengan cara memberikan perhatian (empati), kesediaan untuk mendengar, dan memberikan respon berupa jawaban atau alternatif solusi. Misalnya saat bersama setelah menunaikan shalat berjama’ah, saat bersama belajar, saat bersama makan malam, saat bersama liburan (rihlah), dan saat-saat lain dalam interaksi keseharian, baik secara langsung maupun tidak langsung dengan memanfaatkan sarana telekomunikasi berupa surat, telephone, email, dsb.

Al-qur’an dengan indah menggambarkan bagaimana proses komunikasi itu berlangsung dalam keluarga Ibrahim As sebagaimana dikisahkan dalam QS.As-Shaaffaat:102, yaitu : “Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata; Hai anakku, sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu, Ia menjawab; Hai Bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu, insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar”.

Ibrah yang dapat diambil dalam kisah tersebut adalah adanya komunikasi yang timbal balik antara orang tua-anak, Ibrahim mengutarakan dengan bahasa dialog yaitu meminta pendapat pada Ismail bukan menetapkan keputusan, adanya keyakinan kuat atas kekuasaan Allah, adanya sikap tunduk/patuh atas perintah Allah, dan adanya sikap pasrah dan tawakkal kepada Allah; sehingga perintah yang berat dan tidak logis tersebut dapat terlaksana dengan kehendak Allah yang menggantikan Ismail dengan seekor kibas yang sehat dan besar.

5. Sabar dan Syukur

Allah SWT mengingatkan kita dalam Al-qur’an surat At Taghabun ayat 14: ”Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya diantara istri-istrimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu, maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka. Dan jika kamu mema’afkan dan tidak memarahi serta mengampuni (mereka) maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”

Peringatan Allah tersebut nyata dalam kehidupan rumah tangga di mana sikap dan tindak tanduk suami/istri dan anak-anak kadangkala menunjukkan sikap seperti seorang musuh, misalnya dalam bentuk menghalangi-halangi langkah dakwah walaupun tidak secara langsung, tuntutan wang belanja yang nilainya di luar kemampuan, menuntut perhatian dan waktu yang lebih, prasangka buruk terhadap suami/isteri, tidak merasa puas dengan pelayanan/nafkah yang diberikan isteri/suami, anak-anak yang aktif dan senang membuat keributan, permintaan anak yang berlebihan, pendidikan dan pergaulan anak, dan sebagainya. Jika hal-hal tersebut tidak dihadapi dengan kesabaran dan keteguhan hati, bukan tidak mungkin akan membawa pada jurang kehancuran rumah tangga.

Dengan kesadaran awal bahwa isteri dan anak-anak dapat berpeluang menjadi musuh, maka sepatutnya kita berbekal diri dengan kesabaran. Merupakan bagian dari kesabaran adalah keridhaan kita menerima kelemahan/kekurangan pasangan suami/isteri yang memang diluar kesang-gupannya. Penerimaan terhadap suami/isteri harus penuh sebagai satu “paket”, dia dengan segala hal yang melekat pada dirinya, adalah dia yang harus kita terima secara utuh, begitupun penerimaan kita kepada anak-anak dengan segala potensi dan kecenderungannya. Ibaratnya kesabaran dalam kehidupan rumah tangga merupakan hal yang fundamental (asasi) untuk mencapai keberkahan, sebagaimana ungkapan bijak berikut: “Pernikahan adalah Fakultas Kesabaran dari Universitas Kehidupan”. Mereka yang lulus dari Fakultas Kesabaran akan meraih banyak keberkahan.

Syukur juga merupakan bagian yang tak dapat dipisahkan dalam kehidupan berumah tangga. Rasulullah mensinyalir bahwa banyak di antara penghuni neraka adalah kaum wanita, disebabkan mereka tidak bersyukur kepada suaminya. Mensyukuri rezeki yang diberikan Allah lewat jerih payah suami seberapapun besarnya dan bersyukur atas keadaan suami tanpa perlu membanding-bandingkan dengan suami orang lain, adalah modal mahal dalam meraih keberkahan; begitupun syukur terhadap keberadaan anak-anak dengan segala potensi dan kecenderungannya, adalah modal masa depan yang harus dipersiapkan.

Dalam keluarga harus dihidupkan semangat “memberi” kebaikan, bukan semangat “menuntut” kebaikan, sehingga akan terjadi surplus kebaikan. Inilah wujud tambahnya kenikmatan dari Allah, sebagaimana firmannya: Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih (QS. Ibrahim:7).

Mensyukuri kehadiran keturunan sebagai karunia Allah, harus diwujudkan dalam bentuk mendidik mereka dengan pendidikan Rabbani sehingga menjadi keturunan yang menyejukkan hati. Keturunan yang mampu mengemban misi risalah dien ini untuk masa mendatang, maka jangan pernah bosan untuk selalu memanjatkan do’a:

Ya Rabb kami karuniakanlah kami isteri dan keturunan yang sedap dipandang mata, dan jadikanlah kami pemimpin orang yang bertaqwa.

Ya Rabb kami karuniakanlah kami anak-anak yang sholeh.

Ya Rabb kami karuniakanlah kami dari sisi Engkau keturunan yang baik.

Ya Rabb kami karuniakanlah kami dari sisi Engkau keturunan yang Engkau Ridha-i.

Ya Rabb kami jadikanlah kami dan keturunan kami orang yang mendirikan shalat.

Do’a diatas adalah ungkapan harapan para Nabi dan Rasul tentang sifat-sifat (muwashshofat) ketuturunan (dzurriyaat) yang diinginkan, sebagaimana diabadikan Allah dalam Alqur’an (QS. Al-Furqon:74; QS. Ash-Shaafaat:100 ; QS.Al-Imran:38; QS. Maryam: 5-6; dan QS. Ibrahim:40). Pada intinya keturun-an yang diharapkan adalah keturunan yang sedap dipandang mata (Qurrota a’yun), yaitu keturunan yang memiliki sifat penciptaan jasad yang sempurna (thoyyiba), ruhaniyah yang baik (sholih), diridhai Allah karena misi risalah dien yang diperjuangkannya (wali radhi), dan senantiasa dekat dan bersama Allah (muqiimash-sholat).

Demikianlah hendaknya harapan kita terhadap anak, agar mereka memiliki muwashofaat tersebut, disamping upaya (ikhtiar) kita memilihkan guru/sekolah yang baik, lingkungan yang sehat, makanan yang halal dan baik (thoyyib), fasilitas yang memadai, keteladanan dalam keseharian, dsb; hendaknya kita selalu memanjatkan do’a tersebut.


6. Sikap yang santun dan bijak (Mu’asyarah bil Ma’ruf)

Merawat cinta kasih dalam keluarga ibaratnya seperti merawat tanaman, maka pernikahan dan cinta kasih harus juga dirawat agar tumbuh subur dan indah, diantaranya dengan mu’asyarah bil ma’ruf. Rasulullah saw menyatakan bahwa : “Sebaik-baik orang diantara kamu adalah orang yang paling baik terhadap isterinya, dan aku (Rasulullah) adalah orang yang paling baik terhadap isteriku.” (HR.Thabrani & Tirmidzi)

Sikap yang santun dan bijak dari seluruh anggota keluarga dalam interaksi kehidupan berumah tangga akan menciptakan suasana yang nyaman dan indah. Suasana yang demikian sangat penting untuk perkembangan kejiwaan (maknawiyah) anak-anak dan pengkondisian suasana untuk betah tinggal di rumah.

Ungkapan yang menyatakan “Baiti Jannati” (Rumahku Syurgaku) bukan semata dapat diwujudkan dengan lengkapnya fasilitas dan luasnya rumah tinggal, akan tetapi lebih disebabkan oleh suasana interaktif antara suami-isteri dan orang tua-anak yang penuh santun dan bijaksana, sehingga tercipta kondisi yang penuh keakraban, kedamaian, dan cinta kasih.

Sikap yang santun dan bijak merupakan cermin dari kondisi ruhiyah yang mapan. Ketika kondisi ruhiyah seseorang merudum maka kecenderungannya ia akan bersikap emosional dan marah-marah, sebab syaitan akan sangat mudah mempengaruhinya. Oleh karena itu Rasulullah saw mengingatkan secara berulang-ulang agar jangan marah (Laa tagdlob). Bila muncul amarah karena sebab-sebab pribadi, segeralah menahan diri dengan beristigfar dan mohon perlindungan Allah (ta’awudz billah), bila masih merasa marah hendaknya berwuduk dan mendirikan shalat. Namun bila muncul marah karena sebab orang lain, berusahalah tetap menahan diri dan berilah ma’af, karena Allah menyukai orang yang suka mema’afkan. Ingatlah, bila karena sesuatu hal kita telanjur marah kepada anak/isteri/suami, segeralah minta ma’af dan berbuat baiklah sehingga kesan (atsar) buruk dari marah bisa hilang. Sesungguhnya dampak dari kemarahan sangat tidak baik bagi jiwa, baik orang yang marah maupun bagi orang yang dimarahi.

7. Kuatnya hubungan dengan Allah (Quwwatu shilah billah)

Hubungan yang kuat dengan Allah dapat menghasilkan keteguhan hati (kemapanan ruhiyah), sebagaimana Allah tegaskan dalam QS. Ar-Ra’du:28. “Ketahuilah dengan mengingati Allah, hati akan menjadi tenang”. Keberhasilan dalam meniti kehidupan rumah tangga sangat dipengaruhi oleh keteguhan hati/ketenangan jiwa, yang bergantung hanya kepada Allah saja (ta’alluq billah). Tanpa adanya kedekatan hubungan dengan Allah, mustahil seseorang dapat mewujudkan tuntutan-tuntutan besar dalam kehidupan rumah tangga. Rasulullah saw sendiri selalu memanjatkan do’a agar mendapatkan keteguhan hati: “Ya muqollibal quluub tsabbit qolbiy ‘alaa diinika wa’ala thoo’atika” (wahai yang membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku untuk tetap konsisten dalam dien-Mu dan dalam menta’ati-Mu).

Keteguhan hati dapat diwujudkan dengan pendekatan diri kepada Allah (taqarrub ila Allah), sehingga ia merasakan kebersamaan Allah dalam segala aktifitasnya (ma’iyatullah) dan selalu merasa diawasi Allah dalam segenap tindakannya (muraqobatullah). Perasaan tersebut harus dilatih dan ditumbuhkan dalam lingkungan keluarga, melalui pembiasaan keluarga untuk melaksanakan ibadah nafilah secara bertahap dan dimutaba’ah bersama, seperti : tilawah, shalat tahajjud, shaum, infaq, do’a, ma’tsurat, dll. Pembiasaan dalam aktifitas tersebut dapat menjadi sarana menjalin keakraban dan persaudaraan (ukhuwah) seluruh anggota keluarga, dan yang penting dapat menjadi sarana mencapai taqwa dimana Allah swt menjamin orang-orang yang bertaqwa, sebagaimana firman-Nya dalam QS. Ath-Thalaaq: 2-3.

“Barangsiapa bertaqwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan bagi-nya jalan keluar (solusi) dan memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka. Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupi (keperluan) nya.”

Wujud indahnya keberkahan keluarga

Keberkahan dari Allah akan muncul dalam bentuk kebahagiaan hidup berumah tangga, baik kebahagiaan di dunia maupun di akhirat. Kebahagiaan di dunia, boleh jadi tidak selalu identik dengan kehidupan yang mewah dengan rumah dan perabotan yang serba lux. Hati yang selalu tenang (muthma’innah), fikiran dan perasaan yang selalu nyaman adalah bentuk kebahagiaan yang tidak bisa digantikan dengan materi/kemewahan.

Kebahagiaan hati akan semakin lengkap jika memang bisa kita sempurnakan dengan 4 (empat) hal seperti dinyatakan oleh Rasulullah, yaitu : (1) Isteri yang sholihah, (2) Rumah yang luas, (3) Kendaraan yang nyaman, dan (4) Tetangga yang baik.

Kita bisa saja memanfaatkan fasilitas rumah yang luas dan kendaraan yang nyaman tanpa harus memiliki, misalnya di saat-saat rihlah, safar, silaturahmi, atau menempati rumah dan kendaraan dinas. Paling tidak keterbatasan ekonomi yang ada tidak sampai mengurangi kebahagiaan yang dirasakan, karena pemilik hakiki adalah Allah swt yang telah menyediakan syurga dengan segala kenikmatan yang tak terbatas bagi hamba-hamba-Nya yang bertaqwa, dan menjadikan segala apa yang ada di dunia ini sebagai cobaan.

Kebahagiaan yang lebih penting adalah kebahagiaan hidup di akhirat, dalam wujud dijauhkannya kita dari api neraka dan dimasukkannya kita dalam syurga. Itulah hakikat sukses hidup di dunia ini, sebagaimana firman-Nya dalam QS. Al-Imran : 185

“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan kedalam syurga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan.”

Selanjutnya alangkah indahnya ketika Allah kemudian memanggil dan memerintahkan kita bersama-sama isteri/suami dan anak-anak untuk masuk kedalam syurga; sebagaimana dikhabarkan Allah dengan firman-Nya:

“Masuklah kamu ke dalam syurga, kamu dan isteri-isteri kamu digembirakan”. (QS, Az-Zukhruf:70)

“Dan orang-orang yang beriman dan yang anak cucu mereka mengikuti mereka dalam keimanan, kami hubungkan (pertemukan) anak cucu mereka dengan mereka (di syurga), dan Kami tiada mengurangi sedikitpun dari pahala amal mereka. Tiap-tiap manusia terikat dengan apa yang dikerjakannya. (QS. Ath-Thuur:21).



KEBAHAGIAAN DAN KEKUSUTAN RUMAH TANGGA KITA TERLETAK DI TANGAN KITA.
UNTUK MENGUBAH KEKUSUTAN KEPADA KEBAHAGIAAN, MAKA KITA YANG TERLEBIH DAHULU PERLU BERUBAH.

a

i look, i see




alif ba ta

Tudung Sebagai Wasilah Dakwah


Pada suatu hari, kami sempat untuk hadir ke sebuah majlis perkahwinan tapi sangat mengecewakan apabila pengantin perempuannya tidak memakai tudung, bahkan yang dipakai rambut palsu oren kerinting yang sedondon dengan baju yang dipakainya.

Hati ini ingin sekali menegur tapi suara sekadar menjerit di kerongkong. Alhamdulillah Hasanah yang baru berusia setahun dua bulan banyak membantu. Anak kecil ini lincah ke sana ke mari dengan tudung coklatnya. Mungkin kerana yang memakainya adalah anak kecil, ia membawa impak yang besar buat mereka yang berfikir. Kalau tudung mampu untuk dipakai oleh anak sekecil itu, kenapa tidak mereka yang lebih dewasa?

Banggakah kita melanggar perintah Allah? Masih beralasan belum betul - betul ikhlas, tiada kekuatan dan sebagainya? Adakah kita sentiasa ikhlas setiap kali mendirikan solat atau kita tetap melaksanakannya walaupun rasa terpaksa? Maka saya memohon kepada Allah agar peristiwa tersebut menjadi pengajaran buat kita untuk terus bermujahadah dalam mentaati perintah Allah dan meninggalkan segala laranganNya.


Mendidik Anak BERTUDUNG

Bertudung adalah sebahagian daripada perkara utama dalam menutup aurat. Jadi bagaimana untuk mendidik anak - anak sejak kecil untuk belajar bertudung hingga ke akhir hayat mereka, bukannya separuh jalan atau menganggap tudung itu hanya wajib apabila keluar berjalan - jalan.

1. Tunjukkan teladan

Sebagai ibu, anda adalah contoh utama dalam menjadi model bertudung untuk anak. Bertudunglah mengikut syariat iaitu memakai tudung untuk mengelak daripada aurat ternampak oleh mereka yang tidak layak untuk melihatnya. Maksudnya seorang ibu wajib bertudung di dalam rumah apabila ada lelaki asing datang bertandang ke rumahnya, menjemur kain di ampaian atau mungkin orang luar bisa memandang auratnya melalui tingkap yang terbuka. Pakailah tudung yang menutupi dada dan tidak nipis.

2. Memberi penerangan dengan hikmah

Sebagaimana kita wajib mendirikan solat, maka kita juga wajib menutup aurat. Namun, masyarakat sekarang memakai tudung sekadar satu kebiasaan, adat, peraturan di sekolah dan sebagainya. Oleh sebab itulah mereka mula menanggalkan tudung apabila sudah dewasa kerana tiada siapa yang dapat mengubah pilihan mereka. Orang yang bertudung juga dianggap 'cam baik sangat' dan terlibat dalam gejala sosial. Maka, sejak kecil anak - anak perlu difahamkan tentang kewajipan bertudung, faedah dan akibat jika tidak bertudung. Jika ini menjadi pegangan hidup si anak, maka tiada satu pun anasir luar yang akan mengganggugugat anak untuk meninggalkan tudungnya dalam segala situasi pun.

3. Pembiasaan dan galakan

Kebaikan adalah fitrah. Maka biasakan anak bertudung dan berasa gembira untuk bertudung. Membeli tudung yang sesuai dan cantik adalah sesuatu yang baik untuk memulakan misi ini. Tunjukkan cermin kepada anak ketika bertudung, mengambil gambarnya bertudung dan memuji kesolihannya dalam mengerjakan perintah Allah dan katakan mereka tentu disayangi Allah. Elakkan pemaksaan terhadap anak kerana ia akan merasa tertekan untuk bertudung kerana rasa panas, berpeluh dan merimaskan.

4. Doa

Jarang kita mendoakan sesuatu yang spesifik terhadap anak. Maka sekarang, detikkan dalam hat anda, "Ya Allah, permudahkanlah anakku bertudung dan mentaati perintahMu hingga ke akhir hayatya." Doa adala suatu kekuatan yang mampu mengubah gunung dari kedudukan asalnya, namun selalu ditinggalkan manusia.

Semoga Anakku Selalu Dilindungi ALLAH

Doa - Doa Harian


Doa Sebelum Tidur

Di sini BERMULA

Anugerah Maulidur-Rasul

Alhamdullillah, sempena menyambut ulang tahun kelahiranku yang ke-22 pada 25 Julai 2007, aku menerima hadiah paling bermakna iaitu disahkan mengandung anak pertama kami setelah 3 bulan melangsungkan pernikahan. Suamiku sangat gembira dan terus berkata, “Jadi, anak kita akan lahir pada hari Maulidur Rasul la ye. ” Saat mengandung dilalui dengan aktiviti yang agak lasak, berbasikal dari mula mengandung hinggalah kandungan berusia lapan bulan, mengajar di tadika, menghadiri seminar dan sebelum balik bersalin pun sempat menghadiri perkhemahan. Namun begitu, kandunganku sentiasa dalam keadaan yang selamat.

Aku dan suami pulang ke kampung dua minggu awal daripada tarikh bersalin (23 Mac 2008) memandangkan kami terlibat dengan proses pilihan raya ke dua belas. Kebetulan, nenekku adalah pakar dalam urutan tradisional dan pernah menjadi bidan, jadi dia pun mengurut dan membetulkan kedudukan bayi dalam kandungan supaya memudahkan proses kelahiran. Hal ini kerana, kandunganku lebih memberat ke arah kiri kerana aku lebih gemar mengiring ke kiri sewaktu tidur semasa mengandung.

Suamiku yang kembali semula ke Perak berjanji untuk pulang menjengukku pada hari sambutan Maulidur Rasul tapi sampai dua petang, dia masih belum muncul. Disebabkan kredit panggilan telah tamat dan semua ahli keluarga sibuk dengan urusan masing – masing, aku berjalan kaki ke kedai prepaid sejauh 1km dari rumah. Setelah dihubungi, suamiku mengatakan bahawa dia dalam perjalanan dan mungkin sampai ke kampong lewat malam. Petang itu juga, keluarga mertua menziarahiku.

Tepat pukul 10.00 malam, suamiku tiba di kampung. Selesai makan malam, kami pun masuk ke bilik tidur. Sebelum tidur, suamiku berkata,”anak abi cepat – cepat keluar, abi dah balik ni.” Pukul 1.00pagi aku berasa sakit perut, kesakitan itu kutahan memandangkan semua orang telah lena dibuai mimpi. Namun, kesakitan itu datang semakin kerap sehingga membuatkan aku berpeluh. Aku bangkit dari katil dan mengejutkan ibu di bilik sebelah.

Ibuku yang terkejut terus mengejutkan abangku untuk memanggil nenekku yang selang satu rumah dari situ. Suami akhirnya keluar dari bilik tidur kerana keriuhan kami di ruang tamu. Nenekku yang baru tiba terus memeriksa kandunganku, “anak dah nak keluar ni.” Ibu terus memberiku minum minyak selusuh sebeum kami bertolak ke Hospital Kelaboran, Tumpat. Sebelum sampai ke hospital, aku berasakan air panas keluar diikuti dengan darah.

Sampai di hospital, jururawat memeriksa bukaan serviks dan terus membawaku ke bilik bersalin. Di sebelahku ada seorang wanita yang turut sama akan melahirkan anaknya yang kedua. Jadi kami berlumba siapa yang dapat melahirkan anak dulu. Disebabkan ada satu lapisan putih yang menutupi laluan bayi, jadi aku diminta untuk menunggu sehingga lapisan itu hilang. Apa yang menarik, hanya jururawat wanita yang menguruskan kami, jadi kami agak bebas untuk membuka tudung.

Kesakitan itu datang lagi dengan jarak yang semakin kerap, kesakitannya menyebabkan aku memegang erat pada palang katil itu, aku terlena seketika apabila kesakitan yang hilang itu datang kembali. Tapi bagiku, bersalin tanpa suami di sisi membuatkan kita lebih banyak bergantung harap kepada Allah. Jururawat itu datang kepadaku dan memintaku bersedia untuk meneran. Apabila, dia melihat aku meneran dengan cara yang salah, lalu dia menerangkan cara yang sepatutnya. Setelah keletihan dan berputus asa, aku berkata “tak nak teran, sakit la.” “Awak teran la, sikit je lagi ni. Bila anak keluar je, terus sakit hilang. Orang sebelah dah dapat anak dah.”

Aku pun meneran sekali lagi tapi tetap tidak berjaya. Lalu jururawat itu memasukkan tangannya ke dalam laluan bayi untuk menyelamatkan anakku itu. Alhamdulillah, keluar juga akhirnya anak ummi pada pukul 4.. Bayi perempuan seberat 2.4kg. Wanita sebelah pula mendapat seorang bayi lelaki seberat 3.2kg.

Walaupun, wanita itu berjaya melahirkan anak sebelumku, aku berjaya keluar dari bilik bersalin sebelumnya kerana jahitan lukanya agak besar. Bayi comel itu diserahkan kepadaku untuk disusukan setelah dimandikan. Di luar, ibu dan suamiku telah siap menunggu. Jelas kehampaan wajahnya kerana tidak dapat menemaniku di ruang bersalin, tapi dia tersenyum bila melihat anaknya itu.

Setelah mengiqamahkan bayi, suami dan ibuku menunaikan solat subuh di surau. Ibu dan jururawat banyak membantuku untuk menguruskan anakku. Keluarga mertuaku yang terkejut dengan berita itu pun datang menziarahi kami. Oleh kerana bayiku banyak tidur sehingga dijangkiti penyakit demam kuning, kami dipindahkan ke wad kanak – kanak keesokkan harinya. Aku turut menangis apabila apabila bayiku menangis setiap kali cuba mamasangkan penutup mata padanya.

Di sini, aku belajar menidurkan bayi dalam incubator, menyusukan bayi, mengepam susu, berjaga malam, tidur dengan kaca mata, menguruskan bayi dan melayan kerenahnya. Pada pukul 5.40pagi, tangisan bayi – bayi menghiasi ruang wad ini kerana jururawat akan mengambil darah untuk diuji tahap demam kuning mereka. Disebabkan rasa kasihan melihat bayi masing – masing, para ibu berusaha bersungguh – sungguh untuk mengeluarkan anak mereka dari wad ini. Kami berlumba – lumba menyusukan bayi, menidurkan selama mungkin dalam inkubator dan memandikan bayi dengan ramuan herba. Semangat makin membara apabila ada dikalangan kami yang berjaya untuk pulang ke rumah. Alhamdulillah, pada hari ketiga, kami juga telah dibenarkan pulang.

Disebabkan bayiku lahir pada 21.3.08 dan sempena hari Maulidur-Rasul, suamiku mencadangkan nama Uswatun Hasanah (suri tauladan yang baik) untuk anak kami yang diambil dari surah ke-33 Al-Ahzab ayat 21. Walaupun sebelum ini, kami sepakat menamakannya Fadilatul Ahya’ (kebaikan yang hidup), tetapi disebabkan undian nama Uswatun Hasanah adalah majoriti, maka bayi comel ini kami namakan Uswatun Hasanah. Semoga anak ummi dan abi akan menjadi suri tauladan yang baik untuk umat ini. Amin.